Minggu, 11 Agustus 2019

Dosa-dosa Umum Penulis



Dosa-dosa Umum Penulis



1.       Story telling, mendeskripsikan alur dengan cara menerangkan, bukan memperlihatkan.
Contoh:
Story telling:
Dia gadis yang cantik. Semua orang menyukai dan tergila-gila padanya. Dia suka duduk sendirian di taman sambil membaca buku.
Story shawing:
                Gadis itu memiliki rambut hitam tergerai hingga sebatas pinggang yang melengkung proporsial bak gitar Spanyol, sepasang mata beriris coklat dinaungi bulu-bulu lentik, tepat di bawah sebentuk alis menyerupai semut berbaris. Hidung mancung dan bibir semerah delima, disempurnakan oleh kulitnya yang seputih salju. Sore ini, dia membuka lembaran demi lembaran buku dengan gerakan sangat pelan, seolah takut akan merusaknya.
Bahwa pembaca terlibat bukan mendikte. Dengan demikian, pembaca akan mendapatkan gambaran jelas mengenai karakter, setting maupun situasi yang ada di sana.
2.       Hindari opening bertele-tele
Dalam sastra klasik, relevan dengan era kejayaan penyair, maka lumrah adanya jika novel dengan konflik romantika sederhana bisa menjadi kitab tebal dengan dibanjiri kalimat-kalimat puitis dan permainan majas dimana-mana. Tetapi, di zaman yang serba instan dan mobile, pembaca akan cepat merasa bosan dengan alur yang berjalan lamban. Karena sastra kontemporer tidak lagi hanya diperuntukkan khusus mereka yang duduk tenang dengan secangkir teh di sore hari, bersama kain rajutan tergeletak di sisi mereka. Sastra pun tak luput dari mobilitas modernisasi.

3.       Pleonasme
Hindari pemborosan kata dengan menulis sesuatu yang sudah jelas. Paling sering ditemui adalah: naik ke atas, turun ke bawah, masuk ke dalam, melangkahkan kaki, menggelengkan kepala, matanya menatap, dsb. Atau menambahkan sesuatu yang memiliki makna sama dengan kata sebelumnya, seperti: sunyi, senyap, diam tak bersuara, dsb.

4.       Penggunaan huruf kepital yang tidak bijak
Cukup banyak naskah yang menulis ‘Aku’ pada cerita dengan sudut pandang pertama. ‘Aku’ hanya boleh diawali huruf capital di tengah kalimat jika mengacu pada kata ganti TUHAN.

5.       Kurang memahami fungsi elipsis
Ada kaidah tertentu dalam menyematkan ellipsis. Jika ditengah kalimat, maka menggunakan titik tiga, dan jika di akhir, maka menggunakan titik empat.
Contoh:
A             : Terlambat menyadari, bahwa sebenarnya gadis itu adalah … putri kandungnya.
B             : Dia sedang berlari menuju kamar, ketika tiba-tiba … . Dilihatnya sosok tinggi besar
                  berkelebat dari kejauhan.

6.       Penulisan ‘di-’
Untuk keterangan tempat, maka di- ditulis terpisah dari kata setelahnya. Contoh: di kantor, di rumah, di sekolah, di lapangan, dsb.
Untuk kata kerja pasif, maka di- ditulis menyatu dengan kata setelahnya. Contoh: ditulis, dibaca, ditemui, dicintai, dsb.

7.       Sudut pandang orang pertama
Kesalahan yang cukup umum terjadi adalah pada kalimat: Dia pasti melihatku tadi, pikirku. Mengambil cerita dari sudut pandang pertama, nasari yang mengalir otomatis dari sudut pandang orang pertama (aku). Ucapan, tindakan, dan pikiran dimiliki oleh ‘aku’. Jadi tidak perlu lagi menulis ‘pikirku’, ‘batinku’ dsb.

8.       Judul Spoiler
Salah satu tujuan disusunnya sebuah cerita adalah memancing minat dan rasa ingin tahu pembaca, bukan? Hindari membeberkan isi cerita melalui judul. Misalkan: Air Mata Terakhir Nadia, Penguasa Kikir Mati Tertabrak Truk, dsb.

9.       Ending
Daya pikat terbesar dari sebuah cerita salah satunya adalah ending yang memorable, atau tak terduga (twisted). Walau semua penulis memiliki gaya bercerita dan pilihan ending yang beraneka ragam, namun jangan merusak keindahan lukisan dengan setitik minyak. Menceritakan detail kronologis sebuah kejadian menyeramkan, menegangkan, dan epic, kemudian ditutup dengan ending bahwa semua itu hanya mimpi? Percayalah! Itu cara yang paling malas untuk menyelesaikan sebuah ceirta. Boleh saja menggunakannya sesekali, tapi terlalu banyak garam akan merusak cita rasa masakan, bukan?

JENIS-JENIS RIMA

  JENIS-JENIS RIMA Rima merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam puisi. Melalui unsur inilah, keindahan sebuah puisi tercipt...